Definisi Penalaran
Proses bernalar atau
singkatnya penalaran merupakan proses berpikir yang sistematik untuk memperoleh
kesimpulan berupa pengetahuan yang bertolak belakang dari pengamatan indera
(observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian..
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi
yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap
benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Kegiatan penalaran mungkin
bersifat ilmiah atau tidak ilmiah.
Penalaran berjalan
menurut alur kerangka berpikir tertentu, yang merupakan kunci pembuka gerbang
ke arah kemajuan seperti apa yang dicapai oleh manusia sekarang ini. Penalaran
hanya terkait dengan berpikir sadar dan aktif, dan mempunyai karakteristik
tertentu untuk menemukan kebenaran. Kemampuan menalar menyebabkan manusia mampu
mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaannya. Penalaran
menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan cara berpikir bukan dengan
perasaan.
Penalaran sebagai sebuah
kemampuan berpikir, memiliki dua ciri pokok, yakni logis dan analitis. Logis
artinya bahwa proses berpikir ini dilandasi oleh logika tertentu, sedangkan
analitis mengandung arti bahwa proses berpikir ini dilakukan dengan
langkah-langkah teratur seperti yang dipersyaratkan oleh logika yang
dipergunakannya. Melalui proses penalaran, kita dapat samapai pada kesimpulan
yang berupa asumsi, hipotesis atau teori. Penalaran disini adalah proses
pemikiran untuk memperoleh kesimpulan yang logis berdasarkan fakta yang
relevan. Kemampuan menalar adalah kemampuan untuk menarik kesimpulan yang tepat
dari bukti-bukti yang ada dan menurut aturan-aturan tertentu.
Definisi Proposisi
Proposisi adalah
hubungan yang logis
antara dua konsep.
Contoh : dalam penilitian
mengenai mobilitas penduduk,
proposisinya bebrbunyi : “ proses
migrasi tenaga kerja
ditentukan oleh upah “.
Dalam
penelitian sosial dikenal
ada dua jenis
proposisi; yang pertama
aksioma atau postulat,
yang kedua teorem.
Aksioma ialah proposisi
yang kebenarannya sudah
tidak lagi dalam
penelitian; sedang teorem
ialah proposisi yag
dideduksikan dari aksioma.
Definisi Evidensi
Pada hakikatnya evidensi
adalah semua yang ada semua kesaksian,semua informasi,atau autoritas yang
dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran, fakta dalam kedudukan sebagai
evidensi tidak boleh dicampur adukan dengan apa yang di kenal sebagai
pernyataan atau penegasan. Dalam wujud yang paling rendah. Evidensi itu
berbentuk data atau informasi. Yang di maksud dengan data atau informasi adlah
bahan keterangan yang di peroleh dari suatu sumber tertentu.
Cara Menguji Data
Data dan informasi yang digunakan
dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian
melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap
digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan
untuk pengujian tersebut.
1.
Observasi
Fakta-fakta yanag telah diajukan
sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seseorang pengarang atau penulis.
Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat menggunakannya
sebaik-baiknya dalam usaha menyakinkan para pembaca, maka kadang-kadang
pengarang merasa perlu untuk mengadakan peninjauan atau observasi singkat untuk
mengecek data atau informasi itu dan sesungguhnya dalam beberapa banyak hal
pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh seseorang, biasanya didasarkan pula
atas observasi yang telah diadakan.
2.
Kesaksian
Keharusan menguji data dan informasi,
tidak selalu harus diakukan dengan observasi. Kadang-kadang sangat sulit untuk
mengharuskan seseorang mengadakan observasi atas obyek yang akan dibicarakan.
Kesulitan itu terjadi karena waktu, tempat, dan biaya yang harus di keluarkan.
Untuk mengatasi hal itu penulis atau pengarang dapat melakukan pengujian dan
meminta kesaksian atau keterangan dari orang lain, yang telah mengalami sendiri
atau menyelidiki sendiri persoalan itu.
Demikian pula halnya dengan penulis
dan pengarang atau penulis, untuk memperkuat evidensinya mereka dapat
mempergunakan kesaksian orang lain yang telah mengalami peristiwa tersebut.
3.
Autoritas
Meminta pendapat dari suatu
autoritas, yakni pendapat dari seorang ahli, atau mereka yang telah menyelidiki
fakta-fakta itu dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian, menilai semua
fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka dalam
bidang itu.
Cara Menguji Fakta
Sebagai telah dikemukakan diatas,
untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan
fakta, maka harus diadakan penilaian, apakah data-data atau informasi itu
merupakan kenyataan atau hal-hal yang sunguh-sungguh terjadi. Penilaian tingkat
pertama hanya diarahkan untuk mendapatkan keyakinan bahwa semua keyakinan itu
adalah fakta.
1.
Konsistensi
Dasar pertama yang harus dipakai
untuk menetapkan fakta mana yang akan dipakai sebagai evidensi adalah
konsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga persuasif yang
tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat konsisten, tidak ada suatu evidensi
bertentangan atau melemahkan evidensi yang lain.
2.
Koherensi
Dasar kedua yang dapat dipakai untuk
mengadakan penilaian atau fakta mana yang dapat dipergunakan sebagai evidensi
adalah masalah koherensi.Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus
pula koherendengan pengalaman-pengalaman manusia, atau sesuai dengan pandangan
atau sikap yang berlaku.
Cara Menguji Autoritas
Seorang penulis yang baik dan
obyektif selalu akan menghindari semua desas-desus, atau kesaksian tangan
kedua. Penulis yang baik akan membedakan apa pula apa yang hanya merupakan
pendapat saja, atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian
atau data-data fundamental. Demikian pula sikap seorang penulis menghadapi
pendapat autoritas. Ada kemungkinan bahwa suatu autoritas dapat melakukan suatu
kesalahan-kesalahan. Untuk menilai suatu otoritas, penulis dapat memilih
beberapa pokok berikut :
1.
Tidak Mengandung Prasangka
Dasar pertama yang perlu diketahui
oleh penulis adalah pendapat autoritas sama sekali tidak boleh mengandung
prasangka. Yang tidak mengandung prasangkaartinya pendapat itu disusun
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli itu sendiri, atau
didasarkan pada hasil-hasil eksperimental yang dilakukannya. Pengertiantidak
mengandung prasangka juga mencakup hal lain, yaitu bahwa autoritas itu tidak
boleh memperoleh keuntungan pribadi dari data-data eksperimentalnya. Bila
faktor-faktor itu tidak mempengaruhi autoritas itu, maka pendapatnya dapat
dianggap sebagai suatu pendapat yang obyektif.
2.
Pengalaman dan Pendidikan Autoritas
Dasar kedua yang harus diperhitungkan
penulis untuk memperhitungkan penulis untuk menilai pendapat suatu otoritas
adalah menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang
diperoleh menjadi jaminan awal, pendidikan yang diperolehnya harus dikembangkan
lebih lanjut dalam kegiatan-kegiatan sebagai seorang ahli yang diperoleh
melalui pendidikan tadi. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh autoritas,
penelitian-penelitian yang dilakukan dan prestasi hasil-hasil penelitian dan
hasil pendapatnya akan lebih memperkokoh kedudukannya, dengan catatan bahwa
syarat pertama diatas harus juga di perhatikan.
3.
Kemashuran dan Prestise
Faktor ketiga yang harus diperhatikan
oleh penulis untuk menilai autoritas adalah meneliti apakah pernyataan atau
pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas itu hanya sekedar bersembunyi
dibalik kemasyuran dan prestise pribadi dibidang lain. Apakah ahli itu
menyertakan pendapatnya dengan fakta-fakta yang meyakinkan.
4.
Koherensi dengan Kemajuan
Hal keempat yang perlu diperhatikan
oleh penulis argumentasi adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas itu
sejalan dengan perkembangan dengan kemajuan jaman, atau koheren dengan pendapat
atau sikap terahir dalam bidang itu. Pengetahuan dan pendapat terahir tidak
selalu berarti bahwa pendapat itulah yang terbaik. Tetapi harus diakui bahwa
pendapat-pendapat terahir dari ahli-ahli dalam bidang yang sama lebih dapat
diandalkan, karena autoritas-autoritas semacam itu memperoleh kesempatan yang
paling baik untuk membandingkan semua pendapat sebelumnya, dengan segala
kebaikan dan keburukan atau kelemahannya, sehingga mereka dapat mencetuskan
suatu pendapat yang lebih baik, yang lebih dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk melihat bahwa penulis
sungguh-sungguh siap dengan persoalan yang tengah diargumentasikan, maka
sebaiknya seluruh argumentasi itu jangan didasarkan hanya pada suatu autoritas.
Dengan bersandar pada suatu autoritas saja, maka hal itu diperlihatkan bawha
penulis karangan telah benar-benar mempersiapkan diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar